Kamis, 24 Oktober 2024

3.1.j.1. Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

Salam Hebat Bapak Ibu Guru Hebat Indonesia!


Saya Fadly, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat. Selama menempuh pendidikan guru penggerak saya di dampingi pengajar praktik, Ibu Elfina Oktafani, S.Pd dan Fasiltator Bapak H. Durajat, M.Pd

Tujuan Pembelajaran Khusus :
  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang barharga/utama adalah yang terbaik” (Bob Talbert)

Berdasarkan kutipan di atas bisa kita lihat pentingnya mengarahkan pendidikan tidak hanya pada aspek teknis saja seperti keterampilan menghitung, tetapi juga pada pemahaman nilai-nilai dan prinsip kebajikan universal yang lebih dalam. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya

“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis” (Georg Wilhelm Friedrich Hegel)

Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa pendidikan merupakan proses menuntun penguatan karakter dan nilai-nilai kebajikan universal yang diterima di seluruh dunia. Pendidikan karakter sangat penting apalagi di zaman yang sudah modern seperti ini. Penguatan nilai karakter sangat dibutuhkan generasi sekarang untuk mencetak generasi pintar tidak hanya di bidang intelektual saja tetapi juga mempunyai akhlak dan adab yang tinggi.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid. Sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan seharusnya memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak, menjadi teladan yang patut ditiru (Ing Ngarso Sung Tulodo), mampu memberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa), dan mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik (Tut Wuri Handayani).

Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan : 
  • Membantu Mengidentifikasi Tujuan
  • Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas
  • Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
  • Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
  • Memfasilitasi Refleksi atau Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.

Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan -pertanyaan berbobot. 

Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan  4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah :
  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. 

Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.

Empat paradigma pengambilan keputusan, seperti :
  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Tiga prinsip pengambilan keputusan, seperti : 
  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah pengambilan keputusan, Seperti :
  1. Mengenali nilai yang bertentangan
  2. Menentukan pihak yang terlibat
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
  4. Pengujian benar atau salah
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu atau dua kali dan tidak terlalu memikirkan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah ketika melakukan pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik

TERIMAKASIH BAPAK/ IBU GURU HEBAT DI INDONESIA !

2 komentar:

  1. Luar biasa sekali pak, pemaparan yang sangat lengkap dan mudah dipahami pembaca

    BalasHapus